Monday 24 October 2011

2 - 1 = kamu

“Saya itu banyak sukanya, banyak maunya, banyak ngomongnya, banyak geraknya,
Tapi cuma satu cintanya..
Cinta apa?
Apa saja, yang penting yang cuma ada satu.
Kamu,
Kamu itu cuma satu ya?
Ya kalau begitu, cinta yang satu itu..
Ya kamu.”

teristimewa.


“Saya cukup mendefinisikan kamu dengan tiga kata:
Inspirasi, Motivasi, dan.. Pencuri Hati.
Perhatikan, semuanya berakhiran huruf I.
Kamu tau kenapa?
Karena kamu memang I,
Istimewa.”

katanya namanya rindu..

Hey, lihat itu disitu..
Ada yang sedang duduk termangu, katanya namanya rindu.
Mengapa wajahnya seperti orang dungu?
Dia sedang menunggu, kelihatannya sih begitu.
Ah tapi itu hanya dugaanku.
Lalu, siapa yang membuatnya seperti itu?
Tak ada yang tau, mungkin karena dia menggunakan bahasa kalbu.
Atau mungkin.. dia biasu?
Cuaca kelabu membuat  semua ini tampak sedikit tabu.

Rindu, sedang apa kau disitu?
Jawabannya masih sama seperti yang lalu.
Sedang menunggu.
Oh, apakah menunggu sesuatu yang baru?
Bukan, masih yang dulu.

Ya ampun rindu, kau ini lugu atau memang sungguh dungu?
Sampai kapan kau akan terus disitu?
Aku saja yang melihatnya merasa jemu.
Sadarlah, ini semua candu.
 
Lalu rindu bilang,
Aku sedang menunggu, masih menunggu.
Menunggu kamu yang dulu pernah berjanji untuk datang menemuiku,
Menepati janjimu.
Katamu  jika aku berhasil memenuhi kesepakatan yang terakhir kita setujui saat terakhir bertemu,
Kau akan menghadiahiku sesuatu,
Walaupun aku atau pun kamu tidak menyebutkan apakah itu.
Dan aku rasa, aku sudah memenuhi keinginanmu.

Hmm.. jadi ini semua tentang kamu.

Kamu yang sepertinya tidak pernah sedikitpun tau.
Yang sempat membuatku ragu.
Sampai kapan kamu akan terus seperti itu?

Jangan pernah lepaskan pandanganmu dari mataku,
Perhatikan, disitu ada namamu.

Rindu itu tetap saja menunggu, semakin terlihat dungu.
Sampai ragu pun meragu tentang kebertahanannya itu.
Rindu bilang, dia akan berhenti menunggu jika..
Atau saat,
Kamu..
Menemuiku untuk bilang, “terimakasih sudah rela seperti orang dungu hanya untuk aku”

Kamu kenapa membiarkan rindu ini beku lalu kaku?
Dan tak lama lagi sepertinya akan menemui jalan buntu.
Ah terlalu..

Kamu itu rindu
Rindu itu candu
Candu itu kamu
Selalu begitu, selalu tentang kamu.
Apa memang sudah seharusnya begitu?
Atau hanya aku yang membuat jalan ini seolah berliku?
Tak ada yang tau,
Kecuali hatiku..

Kamu pun ternyata sedang menunggu..
Menunggu rindu,
Menunggu rindu untuk merasa jemu lalu tak lagi menunggu di depan pintu.
Itu yang kamu tunggu,
Melihat rindu berlalu tanpa mencari tau lagi jalan untuk bertemu.

per(jalan)an (kaki)


JALAN KAKI.

Gak sedikit yang gak suka atau males untuk ngelakuin hal satu itu.
Dengan berbagai alasan tentunya. Mungkin memang punya kendaraan yang akan membuat perjalanan lebih cepat sampai, tidak perlu cape-cape berkeringat, atau mungkin memang terlalu malas untuk menggerakan kakinya walaupun jarak yang harus di tempuh itu tidak teralu jauh, atau mungkin sudah diburu waktu harus sampai ke tempat tujuan lebih cepat.
Dulu saya juga termasuk orang yang seperti itu, males sama yang namanya jalan kaki. Pertama dulu alasannya ya karena males cape atau berkeringat. Selain itu alasan yang paling kuat adalah tujuan tempat yang mau saya datangi itu jaraknya jauh dan tidak mungkin dilalui dengan berjalan kaki, juga karena sudah diburu waktu tentunya.

Saya gak pernah lupa, papa saya sering cerita atau saya suka liat di acara-acara tv, bagaimana anak-anak kecil di desa-desa terpencil yang harus menempuh jarah kiloan meter hanya untuk berangkat ke sekolah, dan berangkat lebih dulu dari jam yang seharusnya agar tidak terlambat sampai sekolah atau tempat tujuan lainnya.
Kata papa, itu salah satu dari bentuk keprihatinan dan perjuangan.
Ya, saya setuju. Untuk mencapai seseuatu kita memang harus melewati jalan yang kadang panjang dan memerlukan tenaga yang cukup besar untuk menggapainya.
Jalan kaki, di ibaratkan perjalanan yang kita lewati dan bisa lebih di nikmati di banding dilalui dengan kendaraan yang mempunyai kecepatan dan kenyamanan yang jauh lebih.

Saat kita jalan kaki, banyak hal yang bisa kita lihat lebih detail lagi, lebih dekat lagi. Banyak hal yang sedikit-sedikit bisa kita pelajari dari apa yang lewat di hadapan kita, mungkin kejadian-kejadian yang sudah biasa terjadi atau bahkan yang jarang terjadi tapi kita bisa melihatnya lebih dekat.
Langkah per langkah terasa berharga dan tidak ingin disia-siakan begitu saja, karena dilakukan dengan kaki kita sendiri, tersa perjuangannya, tau betul bagaimana susahnya. Selain itu, keindahan lebih terasa, saat banyak yang bisa kita ambil hikmah atau sekedar iklan semata dari apa yang kita ihat sepanjang perjalanan. Atau mungkin bisa menginspirasi untuk melakukan suatu hal.
Di saat sedang berjalan, pasti ada yang menganggu, entah orang yang iseng mengomentari dengan ocehan yang tak penting, memanggil hanya untuk iseng, atau memang akhirnya menemukan yang tadinya tidak terpikirkan tapi berdampak besar bagi kita saat itu.
Perjalanan itu proses yang harus dilalui.
Walaupun kadang perlu menghabiskan waktu yang lebih lama daripada cara canggih yang bisa di lakukan, tapi rasakan dan perhatikan baik-baik, dampak apa yang bisa di rasakan saat dan setalah itu.

Setiap orang pasti punya pendapat dan pengalamannya masing-masing.
Kalau saya, yang sudah beberapa bulan terakhir ini selalu jalan kaki dari kampus sampai daerah Gandok, mungkin sekitar beberapa ratus kilometer, saya belum tau berapa pastinya. Awalnya itu berat buat saya, cape, keringetan, pegel, tapi itu hanya berlangsung beberapa hari saja. Setelah itu saya sangat menikmati itu, dan keluhan-keluhan itu tidak saya rasakan lagi.
Karena semua juga memang akan terbiasa jika di biasakan.

Selain itu, jalan kaki juga membuat kita lebih sehat, olahraga yang murah dan mudah.
Setelah dirasa cukup kuat dengan kebiasaan itu, saya sempet iseng untuk coba-coba melakukan jalan kaki itu dengan rute dan tujuan perjalanan yang lain dan yang lebih jauh dan lebih lama. Ya memang hanya beberapa ratus kilometer saja, dan hanya untuk memakan waktu 15-30 menit perjalanan, itu pun saat sedang punya waktu yang kosong dan jika cuaca mendukung. Tapi setelah itu, saya sangat suka menikmati saat saya berjalan kaki sendiri ditemani angin yang berlari kesana kemari.
Saya suka saat saya punya kesempatan jalan kaki di malam hari dengan keadaan jalan yang tidak sepi dan tidak ramai juga, di hiasi dengan lampu jalan dan cahaya alami dari Tuhan, bulan dan bintang. Udara yang dingin yang menyapa dengan semilir angin menambah kenikmatan saya saat berjalan kaki.

Saat memutuskan untuk berjalan kaki, tak jarang saat itu saya sedang memikirkan suatu hal, yang rasanya menjadi lebih ringan terasa saat saya coba memikirkan jalan keluarnya dan mencoba memberikan ketenangan pada jiwa dan pikiran saya saat berjalan kaki itu.
Satu langkah yang saya ambil, satu senyuman yang dapat saya lengkungkan di bibir, lebih tenang.

Selain itu, keuntungan lainnya adalah saya lebih bisa menghemat pengeluaran uang yang biasa saya gunakan untuk naik kendaraan umum, tak berpengaruh banyak, tapi cukup menjadi awal kecil yang saya yakini akan cukup berpengaruh ke depannya.
Kalau dilihat apa makna dari jalan kaki ini, simpelnya sih, saya jadi lebih bisa menghargai hal kecil yang di lakukan oleh diri sendiri dan motivasi untuk melakukan suatu perubahan demi kebaikan diri sendiri, dan sangat menghargai proses perjalanan yang harus saya tempuh dari setiap tujuan yang akan saya capai dengan berbagai rintangannya, dengan keringetannya, pegelnya kaki, panasnya cuaca tapi akan berakhir kepuasan karena telah di lalui dengan usaha dan tekad yang kuat.

Karena, hidup itu bukan tujuan, tapi perjalanan.

Terimakasih untuk seseorang yang sudah menginspirasi saya tentang perjalanan kaki saya dan tulisan yang berjalan ini. Setiap saya melangkahkan kaki, saya merasa ada kamu disitu.